a) Gangguan metabolisme prostalglandin, yaitu
menurunnya produksi prostasiklin (PGE2) yang merupakan suatu vasodilator kuat.
b) Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang
mengalami kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi tromboksan (TXA2) yaitu
suatu vasokonstriktor kuat. Dalam keadaan normal kadar prostasiklin lebih
banyak dari pada tromboksan. Sedangkan pada pre eklamsia kadar tromboksan lebih
banyak dari pada prostasiklin, sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah.
c) Perubahan khas pada sel endotel kapiler glomerulus
(glomerular endotheliosis) .
d) Peningkatan permeabilitaskapiler.
e) Peningkatan produksi bahan – bahan vasopresor,
yaitu endotelin. Kadar NO menurun sedangkan endotelin meningkat.
f) Peningkatan faktor koagulasi
3) Teori intoleransi imunologik
ibu dan janin
Pada
perempuan normal respon imun tidak menolak adanya hasil konsepsi yang bersifat
asing. Hal ini disebabkan adanya Human Leukocyte Antigen Protein G (HLA-G) yang
dapat melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel natural killer (NK) ibu.
HLA-G juga akan mempermudah invasis el trofoblas kedalam jaringan desidua ibu.
Pada plasenta ibu yang mengalami pre eklamsia terjadi ekspresi penurunan HLA-G
yang akan mengakibatkan terhambatnya invasi trofoblas ke dalam desidua.
Kemungkinan terjadi Immune-Maladaptation
pada pre eklamsia.
4) Teori Adaptasi kardiovaskular
Pada
kehamilan normal pembuluh darah refrakter terhadap bahan vasopresor. Refrakter
berarti pembuluh darah tidak peka terhadap rangsangan vasopresor atau
dibutuhkan kadar vasopresor yang lebih tinggi untuk menimbulkan respon
vasokonstriksi. Refrakter ini terjadi akibat adanya sintesis prostalglandin oleh sel endotel. Pada
pre eklamsia terjadi kehilangan kemampuan refrakter terhadap bahan vasopresor
sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresor sehingga pembuluh darah akan mengalami vasokonstriksi
dan mengakibatkan hipertensi dalam kehamilan.
5) Teori Genetik
Ada
faktor keturunan dan familial dengan model gen tunggal. Genotype ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan
secara familial jika dibandingkan dengan genotype janin. Telah terbukti bahwa
ibu yang mengalami pre eklamsia, 26% anak perempuannya akan mengalami pre
eklamsia pula, sedangkan hanya 8% anak menantu mengalami pre eklamsia.
6) Teori Defisiensi Gizi
Beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa defisiensigizi berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Penelitian
terakhir membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan dapat mengurangi resiko pre
eklamsia. Minyak ikan banyak mengandung asam lemak tidak jenuh yang dapat
menghambat produksi tromboksan, menghambat aktivasi trombosit, dan mencegah vasokonstriksi pembuluh darah.
7) Teori Stimulasi Inflamasi
Teori ini
berdasarkan bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi darah merupakan
rangsangan utama terjadinya proses inflamasi.
Berbeda dengan proses apoptosis pada pre eklamsia, dimana pada pre eklamsia
terjadi peningkatan stres oksidatif sehingga produksi debris trofoblas dan
nekrorik trofoblas juga meningkat. Keadaan ini mengakibatkan respon inflamasi
yang besar juga. Respon inflamasi akan mengaktifasi sel endotel dan sel
makrofag/granulosit yang lebih besar pula, sehingga terjadi reaksi inflamasi
menimbulkan gejala – gejala pre eklamsia pada ibu.
3.
Patofisiologi
Menurut Bobak (2004) adaptasi fisiologi normal pada
kehamilan meliputi peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan
resistensi vaskular sistemik (systemic vascular resistance [SVR]), peningkatan
curah jantung dan penurunan tekanan osmotik koloid. Pada pre eklamsia, volume
plasma yang beredar menurun, sehingga hemokonsentrasi
dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat perfusi organ
maternal menurun, termasuk perfusi ke unit janin uteroplasenta. Vasospasme
siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel – sel
darh merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun. Vasopasme merupakan
sebagian mekanisme dasar tanda dan gejala yang menyertai pre eklamsia.
Vasopasme merupakan akibat peningkatan sensitivitas terhadap tekanan peredaran
darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan suatu ketidak seimbangan abtara
prostasiklin prostaglandin dan
tromboksan A2. Selain kerusakan endotelil vasospasme arterial turut
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema
dan lebih lanjut menurunkan volume intra vaskular, mempredisposisi pasien yang
mengalami pre eklamsia mudah menderita edema paru.
Hubungan sistem imun dengan pre eklamsia
menunjukkan bahwa faktor-faktor imunologi memainkan peran penting dalam
perkembangan pre eklamsia. Keberadaan protein asing, plasenta, atau janin bisa
membangkitkan respons imunologis
lanjut. Teori ini di dukung oleh peningkatan insiden pre eklamsia-eklamsia pada
ibu baru (pertama kali terpapar jaringan janin) dan pada ibu hamil dari
pasangan yang baru (materi genetik yang berbeda).
Menurut Mochtar (2007) Pada preeklamsia
terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada
biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerolus. Pada beberapa kasus,
lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel
darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka
tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer
agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan
edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan
intertisial belum diketahui penyebabnya, mungkin karena retensi air dan garam.
Proteinuria dapat disebabkan oleh spasmearteriola sehingga terjadi perubahan glomerolus.
Menurut Rukiyah (2010) Vaskonstriksi merupakan dasar
patogenesis PE-E. Vasokonstriksi menimbulkan peningkatan total perifer resisten
dan menimbulkan hipertensi . adanya vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia
pada endotel setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel setempat, sehingga
terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriol disertai perdarahan mikro pada
tempat endotel. Selain itu Hubel 1989 yang dikutip oleh Rukiyah (2010)
mengatakan bahwa adanya vasokonstriksi arteri spiralis akan menyebabkan
terjadinya penurunan perfusi utero plasenta yang selanjutnya akan menimbulkan
maladaptasi plasenta. Hipoksi/anoksia jaringan merupakan sumber reaksi
hiperoksidase lemak, sedangkan prose hiperoksidase itu sendiri memerlukan
peningkatan konsumsi oksigen, sehingga dengan demikian akan menggangu
metabolisme di dalam sel peroksidase lemak adalah hasil proses oksidase lemak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar