3) Obesitas
4) Diabetes
militus
5) Hipertensi sebelumnya
6) Kehamilan mola
7) Kehamilan ganda
8) Polihidramnion
9) Pre eklamsia pada kehamilan
sebelumnya
9.
Diagnosis
Menurut Mitayani (2009), diagnosis di
tegakkan berdasarkan :
1. Wawancara
a. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat
kesehatan dahulu
a) Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum
hamil
b) Kemungkinan ibu mempunyai riwayat pre eklamsia
pada kehamilan terdahulu
c) Biasanya mudah terjadi pada ibu yang obesitas
d) Ibu mungkin pernah menderita ginjal kronis
2) Riwayat
kesehatan sekarang
a) Ibu merasakan sakit kepala di daerah
frontal
b) Terasa sakit di ulu hati/nyeri eoigastrium
c) Gangguan virus : pandangan mata kabur,
skotoma dan diplopia
d) Mual dan muntah, tidaka da nafsu makan
e) Gangguan serebral lain misal: refleks tinggi
dan tidak tenang
f) Edema pada ekstremitas
g) Tengkuk terasa berat
h) Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu
Penanganan Preeklamsia ringan menurut
Rukiyah (2010), dapat dilakukan dengan dua cara tergantung gejala yang timbul
yakni :
1. Pre Eklamsia Ringan
a) Penatalaksanaan rawat jalan pasien
preeklamsia ringan, dengan cara : ibu dianjurkan banyak istirahat
(berbaring,tidur/miring), diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam; pemberian sedativa ringan : tablet phenobarbital 3×30 mg atau diazepam 3×2
mg/oral selama 7 hari (atas instruksi dokter); roborantia; kunjungan ulang
selama 1 minggu; pemeriksaan laboratorium: hemoglobin,
hematokrit, trombosit, urin lengkap, asam urat darah, fungsi hati, fungsi
ginjal.
b) Penatalaksanaan rawat tinggal pasien
preeklamsi ringan berdasarkan kriteria : setelah duan minggu pengobatan rawat
jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari gejala-gejala preeklamsia;
kenaikan berat badan ibu 1kg atau lebih/minggu selama 2 kali berturut-turut (2
minggu); timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklamsia
berat.
Bila setelah satu minggu
perawatan diatas tidak ada perbaikan maka preeklamsia ringan dianggap sebagai
preeklamsia berat. Jika dalam perawatan dirumah sakit sudah ada perbaikan
sebelum 1 minggu dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat
selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan
perawatan rawat jalan.
Perawatan obstetri pasien preeklamsia
menurut Rukiyah (2010) adalah :
a) Kehamilan preterm (kurang 37 minggu) : bila
desakan darah mencapai normotensi selama perawatan, persalinan ditunggu sampai
aterm; bila desakan darah turun tetapi belum mencapai normotensi selama
perawtan maka kehamilanya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37 minggu atau
lebih.
b) Kehamilan aterm
(37 minggu atau lebih) : persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan
atau dipertimbangkan untuk melakukan persalinan pada tanggal taksiran
persalinan
c) Cara persalinan:
Persalinan dapat dilakukan secara spontan bila perlu memperpendek kala II.
2.Pre eklamsia Berat
Ditinjau dari umur kehamilan dan
perkembangan gejala-gejala preeklamsia berat selama perawatan maka perawatan
dibagi menjadi : 1). Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau
diterminasi ditambah pengobatan medicinal; 2) Perawatan konservatif yaitu
kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan medicinal.
1) Perawatan aktif, sedapat mungkin
sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal
assessment yakni pemeriksaan non stress
test (NST) dan ultrasonografi (USG) dengan indikasi salah satu atau lebih
yakni :
a) Ibu: Usia kehamilan 37 minggu atau
lebih, adanya tanda – tanda impending eklamsia, kegagalan terapi konserfatif
yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan tekanan darah
atau setelah 24 jam perawatan medicinal, ada gejala – gejala status quo (tidak
ada perbaikan)
b) Janin: Hasil fetal assasemen jelek
(NST dan USG) adanya tanda IUGR
c) Hasil laboratorium: Adanya HELLP syndrome
2) Pengobatan medisinal pasien PEB
dilakukan di RS dan atas instruksi dokter yaitu segera masuk RS, tirah baring
miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit, reflek patela
setiap jam, infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL
(60 – 125 cc/jam) 500cc berikan antasida : diet cukup protein, rendah
karbohidrat lemak dan garam, pemberian obat anti kejang MgSO4 diuretikum tidak
diberikan kecuali bila ada tanda – tanda edema paru, payah jantungkongestif
atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/IM.
3) Antihapertensi diberikan bila tekanan
darah sistolis lebih 180 mmHg (diastol lebih 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg
sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105 mmHg bukan kurang 90
mmHg karena akan menurunkan perfusi plasenta dosis antihipertensi sama dengan
dosis antihipertensi pada umumnya.
4) Bila dibutuhkan penurunan tekanan
darah secepatnya diberikan obat–obat antihipertensi parenteral (tetesan
kontinyu) catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5
ampul dalam 500 cc cairan infus atau pres disesuaikan dengan tekanan darah.
5) Bila tidak tersedia antihipertensi
parenteral dapat di berikan tablet anti hipertensi secara sublingual diulang
selang 1 jam maksimal 4 – 5 kali. Bersama dengan awal pemberian sublingual maka
obat yang sama mulai diberikan secara oral.
6) Pengobatan jantung jika ada
indikasinya yakni ada tanda – tanda menjurus payah jantung diberikan
digitalisasi cepat dengan cedilanid D.
7) Lain – lain : Konsul penyakit dalam/jantung,
mata, obat – obat anti piretik diberikan bila suhu rectal 38,5ºC dapat dibantu
dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau xylomidon 2 cc IM, antibiotik diberikan atas indikasi.
Diberikan ampicilin 1 gr/ 6 jam/ IV/hari, anti nyeri bila penderita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar